PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENULIS PUISI DENGAN METODE MIND MAPPING PADA PESERTA DIDIK
KELAS VIII B SMP NEGERI 1 BATANGAN PATI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
Diajukan
untuk Penilaian Penetapan Angka Kredit
unsur
Pengembangan Profesi Kenaikan Pangkat dari IV-A ke IV-B
Oleh:
BAMBANG SUKAMTO, S. Pd., M.
Pd.
NIP 19600522 198304 1 004
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN
PATI
SMP NEGERI 1 BATANGAN
Jalan Raya Batangan – Jaken
Km. 1,5 Batangan
2012
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
JUDUL PENELITIAN
PENINGKATAN HASIL BELAJAR
MENULIS PUISI DENGAN METODE MIND MAPPING
PADA PESERTA DIDIK
KELAS VIII B SMP NEGERI 1
BATANGAN PATI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Kepala Sekolah,
Suryadi Eko Setyanto, S.Pd. M.M.
NIP 19630727 198501 1 003
|
Batangan, 31 Mei 2012
Penulis,
Bambang Sukamto, S. Pd., M. Pd.
NIP 19600522 198403 1 004
|
Mengesahkan
Kepala Dinas pendidikan
Kabupaten Pati
Drs. Sarpan, S.H., M. M.
Pembina Utama Muda
NIP. 19580222 197701 1 002
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Bambang
Sukamto, S. Pd., M.Pd.
NIP : 19600522
198403 1 004
Pangkat/Golongan : Pembina
/ IV-A
Jabatan : Guru Bahasa Indonesia
Unit kerja : SMP Negeri 1 Batangan, Pati
Menyatakan bahwa:
1.
Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Menulis Puisi dengan Metode
Mind Mapping pada Peserta Didik Kelas VIII B SMP Negeri 1 Batangan, Pati Tahun
Pelajaran 2011/2012 adalah asli karya saya sendiri yang
dilaksanakan di SMP Negeri 1 Batangan. PTK yang telah saya revisi ini, pernah
saya ajukan untuk mengikuti lomba karya ilmiah kelompok SMP dalam rangka
Hardiknas Tingkat Kabupaten Pati dan memperoleh juara I sebagaimana foto copy
piagam berikut.
2.
Apabila di kemudian hari
ternyata pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia dituntut sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Kepala Sekolah,
Suryadi Eko Setyanto, S.Pd., M.M.
NIP 19630727 198501 1 003
|
Batangan, 31 Mei 2012
Penulis,
Bambang Sukamto, S. Pd., M. Pd.
NIP 19600522 198403 1 004
|
REKOMENDASI
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) berjudul Peningkatan Hasil
Belajar Menulis Puisi dengan Metode Mind Mapping pada Peserta Didik Kelas VIII
B SMP Negeri 1 Batangan, Pati Tahun Pelajaran 2011/2012, atas
nama Bambang Sukamto, S. Pd., M.Pd. telah diperiksa dan
direkomendasi untuk dapat diajukan sebagai salah satu persyaratan pengembangan
profesi oleh Pengawas Binaan.
Pati, 31 Mei 2012
Pengawa Binaan,
Sadji Artati, S. Pd., M. Pd.
NIP 19561022 197711 2 003
PERNYATAAN PERPUSTAKAAN
Nomor:
/VI/2012
Pustakawan SMP Negeri
1 Batangan menerangkan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) berjudul Peningkatan Hasil
Belajar Menulis Puisi dengan Metode Mind Mapping pada Peserta Didik Kelas VIII
B SMP Negeri 1 Batangan, Pati Tahun Pelajaran 2011/2012, karya Bambang
Sukamto, S. Pd., M.Pd. telah dijadikan salah satu
koleksi perpustakaan tersebut.
Demikian keterangan ini dibuat agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Batangan, 1 Juni 2012
Pustakawan,
M.
Dwi Ismawati, S. Pd..
NIP
19680421 199512 2 005
PRAKATA
Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan syukur ke hadirat Allah SWT. Karena rahmat,
hidayah, dan innayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan
penelitian tindakan kelas berjudul Peningkatan Hasil Belajar Menulis Puisi
dengan Metode Mind Mapping pada Peserta Didik Kelas VIII B SMP Negeri 1
Batangan, Pati Tahun Pelajaran 2011/2012
dengan selamat.
Laporan PTK ini
disusun untuk sebagai salah satu persyaratan mengajukan kenaikan pangkat dari
golongan IV/a ke IV/b. Selain itu, penelitian digunakan untuk mengetahui hasil belajar menulis puisi dengan metode
beriur baris bagi peserta didik kelas VIII A SMP Negeri 1 Batangan.
Selama penelitian dan
penulisan laporan, penulis menerima bimbingan, bantuan, dan arahan dari
berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Yth. Bapak Suryadi
Eko Setyanto, S. Pd., M. M., Kepala SMP Negeri 1 Batangan yang telah mendorong
penulis untuk mengadakan penelitian dan menulis laporan.
2. Ibu Nani Rusdiyati,
M. Pd., selaku widya iswara LPMP Jawa Tengah yang telah berkenan membimbing
penulis.
3. Ibu M. Dwi
Ismawati, S. Pd., guru bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Batangan yang telah
berkenan untuk menjadi mitra peneliti dan membantu selama penelitian.
4. Pihak-pihak yang
telah membantu penelitian dan penulisan laporan yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.
Semoga
amal mereka mendapatkan balasan yang setimpal dari-Nya. Akhirnya penulis
berharap, semoga laporan penelitian tindakan kelas ini bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan bagi guru bahasa Indonesia SMP/MTs. khususnya.
Pati, Mei 2012
Penulis,
Bambang
Sukamto, S. Pd., M. Pd.
NIP
19600522 198403 1 004
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelajaran Bahasa Indonesia di
Indonesia termasuk mata pelajaran wajib dan selalu diberikan pada setiap
jenjang sekolah mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Dalam pelajaran ini,
peserta didik diajak meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra baik
pada keterampilan reseptif maupun keterampilan produktif.
Salah satu kegiatan produktif adalah
menulis karya sastra. Kegiatan ini memberikan banyak manfaat bagi kehidupan.
Hal itu sesuai dengan pernyataan Taufik Ismail bahwa sastra adalah karya cipta
dan rasa. Kegiatan kreatif ini juga bisa menjadi sarana pembentukan karakter
suatu bangsa yang beradab (Ismail, 2011: 1).
Rahmanto
(2002:16-25) mengemukakan bahwa pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat,
yaitu (1)
membantu keterampilan berbahasa, (2) meningkatkan
pengetahuan budaya,
(3) pengembangan cipta dan rasa, (4) dan menunjang
pembentukan watak.
Salah satu
cara untuk mengembangkan apresiasi sastra pada peserta didik ialah dengan pengajaran puisi. Tujuan pengajaran puisi di sekolah
adalah agar
peserta didik memperoleh kesadaran yang lebih terhadap
dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar,
memperoleh kesenangan, dan peserta didik memperoleh pengetahuan dan pengertian dasar tentang puisi. Yang perlu mendapat perhatian dalam pengajaran puisi di sekolah adalah pemilihan bahan pengajaran dan penyajiannya.
Puisi
adalah karangan yang terikat berarti puisi terikat oleh aturan-aturan ketat.
Akan tetapi, pada waktu sekarang, para penyair berusaha melepaskan diri dari
aturan yang ketat itu. Aturan di luar diri puisi itu ditentukan oleh penyair
yang membuat dahulu ataupun masyarakat (Pradopo, 2007:306 ).
Menulis
puisi merupakan satu keterampilan berbahasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. Dengan penguasan keterampilan menulis, diharapkan
peserta didik dapat mengungkapkan, pikiran, perasaan yang dimilikinya setelah
menjalani proses pembelajaran dalam berbagai tulisan (Nurgiyantoro, 2002:309).
Pembelajaran
menulis puisi masih mengalami berbagai hambatan. Hambatan tersebut berasal dari
faktor peserta didik, guru, maupun ketersediaan literatur. Peserta didik
beranggapan bahwa menulis puisi lebih sulit dibandingkan dengan menulis surat,
menulis memo atau lainnya. Menulis puisi kadang menjadi beban berat bagi
peserta didik. Mereka beranggapan bahwa menulis puisi terlalu sulit jika
ditinjau dari segi bahasa maupun penafsirannya. Kesulitan yang dialami peserta
didik tersebut berdampak pada belum tercapainya KKM pada kompetensi dasar
menulis puisi.
Berdasarkan
observasi dan angket, hasil belajar menulis puisi peserta didik kelas VIII B
SMP Negeri 1 Batangan masih rendah. Sedikitnya ada empat hal yang menyebabkan
rendahkan hasil belajar menulis puisi.
Keempat hal tersebut adalah:
1. peserta
didik tidak berbakat menulis puisi;
2. peserta
didik tidak terbiasa menulis puisi;
3. pengetahuan
tentang menulis puisi hanya didapat dari guru
dan dari LKS; dan
4. penulisan
puisi hanya dilakukan pada saat mendapat tugas dari guru mereka.
Selain
karena dari faktor peserta didik, faktor mengajar guru juga berpengaruh
terhadap rendahnya hasil belajar menulis puisi. Saat guru mengajar baru
digunakan metode konvensional yakni ceramah dan penugasan. Komunikasi yang
hanya dua arah ini berpengaruh juga pada keaktifan belajar mereka. Untuk itu,
dalam pembelajaran menulis puisi diperlukan metode aktif, kreatif dan
menyenangkan.
Metode
pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan proses dan hasil belajar menulis
puisi adalah metode mind mapping. Mind
mapping merupakan gagasan berbagai imajinasi. Mind mapping merupakan suatu
keadaan yang timbul bila otak (brain) hidup da sedang bekerja (Taufik Bahaudin,
1999: 53). Lebih lanjut Bobbi de Porter dan Hernacki (1999: 152) menjelaskan,
peta pikiran merupakan teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan
citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk suatu kesan yang
lebih dalam.
A
mind map is a diagram used to represent words, ideas, tasks, or other items
linked to and arranged around a central key word or idea. Mind maps are used to
generate, visualize, structure, and classify ideas, and as an aid in study,
organization, problem solving, decision making, and writing (http://en.wikipedia.org/wiki/Mind_map).
Mind map atau peta pikiran adalah sebuah diagram yang digunakan untuk
mempresentasikan kata-kata, ide-ide (pikiran), tugas-tugas atau hal-hal lain
yang dihubungkan dari ide pokok otak. Peta pikiran juga digunakan untuk
menggeneralisasikan, memvisualisasikan serta mengklasifikasikan ide-ide dan
sebagai bantuan dalam belajar, berorganisasi, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan serta dalam menulis.
Berdasarkan
beberapa pendapat para ahli di atas, jelas sekali bahwa metode mind mapping
memiliki banyak manfaat, baik itu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
ataupun diterapkan di dunia pendidikan. Sehingga tidak salah jika mind mapping membawa dampak pembaharuan
yang cukup besar bagi kita semua. Mulai dari cara berpikir, sampai ke
pelaksanaannya.
Manfaat
mind mapping antara lain mempercepat
pembelajaran, memudahkan ide mengalir, memudahkan mengingat, menyederhanakan
struktur, meningkatkan kreativitas. Aplikasi di sekolah dapat digunakan untuk
belajar bahasa dan tata bahasa, mempersiapkan sebuah tugas penulisan atau
essay, melakukan brainstorming, dan pemecahan masalah (problem solving). Dengan
mind mapping, pekerjaan akan menjadi
lebih mudah dilakukan.
Berdasarkan
uraian yang telah dikemukakan, peneliti bermaksud meneliti pembelajaran menulis
puisi dengan penelitian berjudul Peningkatan Hasil Belajar Menulis Puisi
dengan Metode Mind Mapping pada Peserta Didik Kelas VIII B SMP Negeri 1
Batangan, Pati Tahun Pelajaran 2011/2012.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dikemukakan masalah dalam penelitian ini,
masalah-masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. peserta
didik tidak berbakat menulis puisi;
2. peserta
didik tidak terbiasa menulis puisi;
3. pengetahuan
tentang menulis puisi hanya didapat dari guru
dan dari LKS; dan
4. penulisan
puisi hanya dilakukan pada saat mendapat tugas dari guru mereka.
5. guru
belum menggunakan metode mengajar aktif, kreatif dan menyenangkan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang dikemukakan, ada tiga rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian ini.
1.
Apakah penerapan metode mind mapping dapat meningkatkan motivasi
belajar menulis puisi didik kelas VIII B SMP Negeri 1 Batangan, Pati tahun
pelajaran 2011/2012?
2.
Bagaimanakah peningkatan
kreativitas menulis puisi peserta didik VIII B SMP Negeri 1 Batangan, Pati
tahun pelajaran 2011/2012 dengan
penerapan metode mind mapping?
3.
Bagaimanakah peningkatan
keterampilan menulis puisi peserta didik VIII B SMP Negeri 1 Batangan, Pati
tahun pelajaran 2011/2012 dengan
penerapan metode mind mapping?
D. Tujuan Penelitian
Sejalan
dengan rumusan masalah yang diajukan, tujuan penelitian ini ada tiga macam.
1.
Untuk mengetahui motivasi belajar menulis puisi
didik kelas VIII B SMP Negeri 1 Batangan, Pati tahun pelajaran 2011/2012 dengan
penerapan metode mind mapping.
2.
Untuk mengetahui kreativitas
menulis puisi peserta didik VIII B SMP Negeri 1 Batangan, Pati tahun pelajaran
2011/2012 dengan penerapan metode mind mapping.
3.
Untuk mendeskripsikan keterampilan
menulis puisi peserta didik VIII B SMP Negeri 1 Batangan, Pati tahun pelajaran
2011/2012 dengan penerapan metode mind mapping.
E. Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian tindakan kelas (PTK) ini menghasilkan dua macam manfaat, yakni
manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoretis
Untuk dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi pengembangan keilmuan terutama di bidang pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia
dan sebagai dasar pijakan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Dilihat dari segi praktis, penelitian
ini bermanfaat bagi tiga pihak.
a. Bagi Peneliti
1) Sebagai
dasar penelitian lebih lanjut terhadap penelitian tentang kemampuan menulis
puisi.
2) Sebagai
acuan pembanding dalam penelitian pengajaran bahasa dan sastra khususnya kemampuan
menulis menulis puisi.
3) Sebagai
informasi tambahan lebih lanjut untuk memperluas wawasan tentang kemampuan
menulis puisi.
b. Bagi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
1) Sebagai
sumber informasi bagi guru untuk memantau hasil belajar para peserta didik dalam menulis
puisi
2) Sebagai
bahan acuan masukan dalam mengajarkan apresiasi sastra, terutama kemampuan
menulis puisi.
3) Sebagai
sumber informasi bagi guru untuk memantau kemampuan peserta didik menguasai
bentuk tulisan dan gaya
bahasa dalam menulis puisi dengan baik.
c. Bagi Peserta Didik
1) Peserta
didik dapat mengetahui hasil belajar menulis
puisi.
2) Peserta
didik mendapatkan pengalaman tentang menulis puisi dengan metode beriur baris.
3) Peserta
didik dapat mengembangkan kemampuan menulis puisi dalam pelajaran bahasa Indonesia .
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Pengertian Menulis
Menulis merupakan salah satu dari
empat keterampilan berbahasa. Di dalam menulis semua unsur keterampilan
berbahasa harus dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang
benar-benar baik. Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan
pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan. Kegunaan keterampilan
menulis bagi peserta didik adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan
sebagian tugas sekolah. Tanpa keterampilan menulis, peserta didik akan
mengalami banyak kesulitan dalam melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena itu
menulis perlu diajarkan dengan baik sejak anak usia dini.
Secara harfiah kegiatan menulis
dapat diartikan sebagai kegiatan yang menggambarkan bahasa dengan
lambang-lambang yang dapat dipahami. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Tarigan dalam Muchlisoh, dkk (1999: 233) yang mengatakan bahwa menulis ialah
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa
yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut kalau mereka juga memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut.
Pendapat lain mengemukakan bahwa
menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau media (Slamet (2008: 104). Pesan di
sini yaitu berupa isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan,
sedangkan tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahwa yang dapat dilihat
dan disepakati pemakainya.
Eric, Robert & William (1989:
ix), mengemukan bahwa “Writing is creative act. None of our writing is
simply a translation of completed thougts into words on a page. The act of
writing is creative because it requires us to interpret or make sense of
something: an experience, a text, an event”.
Terjemahan, menulis merupakan bagian
dari tindakan yang kreatif. Hal ini dikarenakan menulis memerlukan kemampuan
daya imaji/ pemikiran kita untuk menginterpretasikan atau bisa menyampaikan
pengalaman, maupun peristiwa yang dialami ke dalam bentuk teks/ tulisan.
Mujiyanto, dkk (1999: 70)
mengemukakan bahwa menulis juga diartikan sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu
pengetahuan, pengalaman hidup, ide-imaji, aspirasi dan lain-lain dengan bahasa
tulis yang baik, benar dan menarik. Hal tersebut senada dengan pendapat Subana
dan Sunarti (2000: 231) yang mengatakan bahwa menulis atau mengarang merupakan
kegiatan pengungkapan gagasan secara tertulis. Menurut Kartono, dkk (2009: 90),
menulis dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat fleksibel.
Rangkaian aktivitas yang dimaksud meliputi pramenulis, penulisan draft, revisi.
Berdasarkan pendapat-pendapat
tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah mengungkapkan gagasan,
perasaan, ide, atau apa yang dirsakan dengan jelas dan teratur dengan bahasa
tulis, sehingga para pembaca mengerti apa yang hendak disampaikan penulisnya.
2. Tinjauan tentang Puisi
a. Pengertian Puisi
Secara etimologis, kata puisi dalam
bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya penciptaan. Dalam bahasa
Inggris, padanan kata puisi adalah poetry yang erat dengan –poet
dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan 1986:4)
menjelaskan bahwa kata poet berasal dari bahasa Yunani yang berarti
membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani, kata poet berarti orang yang
mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau
yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam,
orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat
menebak kebenaran yang tersembunyi.
Secara spesifik, Jabrohim (2001: 59)
mengemukakan bahwa puisi adalah tulisan yang berbahasa ekspresif, asosiatif,
dan sugestif. Selanjutnya Jabrohim menjelaskan sebagai berikut:
“Ekspresif, maksudnya setiap bunyi dipilih, setiap kata dipilih, dan
setiap metafora yang dihadirkan harus berfungsi bagi kepentingan ekspresi,
mampu memperjelas gambaran dan mampu menimbulkan kesan yang kuat. Setiap unsur
bahasa yang dipilih dan dipergunakan harus turut membawakan nada, rasa, dan
pengalaman penyair/pengarangnya. Sugestif, maksudnya bersifat menyarankan dan
memperngaruhi pembaca atau pendengarnya secara menyenangkan dan tidak terasa
memaksa. Karena sifat itulah sastra dapat berkesan sangat kuat dalam diri
penikmatnya. Asosiatif, maksudnya mampu membangkitkan pikiran dan perasaan yang
merembet, tetapi masih berkisar di seputar makna konvensional atau makna
konotatifnya yang sudah lazim. Dengan demikian puisi mempunyai kegandaan
tafsir.”
Pradopo (1995: 7) mengemukakan bahwa
puisi itu mengekspresi-kan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang
merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu
merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan
dengan menarik dan memberi kesan. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi
pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.
Waluyo (1995: 25) memberikan batasan
bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan
bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
Berdasarkan definisi-definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa puisi adalah ungkapan emosi, pemikiran, dan
ide, yang dinyatakan secara ekspresif, asosiatif, dan sugestif dengan
pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batin.
b. Unsur-Unsur
Pembangun Puisi
Bahasa dalam karya sastra (puisi)
bukanlah bahasa sehari-hari. Itu karena bahasa dalam karya sastra ada pada
tataran secondary modelling system atau sistem bahasa yang kedua. Oleh
karena itu, arti kata dalam puisi bukan arti kata yang mutlak atau absolut,
melainkan bersifat universal. Menurut Rifaterre dalam www.bangka-belitungprov.go.id,
puisi merupakan representasi dari realitas kehidupan, atau merupakan tiruan
(mimesis).
Sebuah karya disebut puisi jika
memenuhi unsur-unsur pembangun puisi. Menurut Tim Penyusun (2005: 73), sebelum
praktik menulis puisi, sebaiknya dikenal terlebih dahulu unsur-unsur pembangun
puisi. Ada sebelas komponen dalam penulisan puisi, yaitu bunyi, diksi,
pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas), versifikasi, tipografi,
tema, nada, suasana, dan amanat.
1) Bunyi
Bunyi merupakan peran yang penting
dalam puisi karena puisi merupakan karya seni yang diciptakan untuk didengarkan
(Sayuti 2002:102). Bunyi berperan seperti layaknya orkestra yang dapat
mempengaruhi perasaan, pikiran, dan pengalaman jiwa para pendengarnya.
Kombinasi bunyi yang merdu biasa disebut dengan efoni, atau bunyi yang indah
(Pradopo 1995:27). Efoni biasanya untuk menggambarkan perasaan cinta atau
hal-hal yang menggambarkan kesenangan lainnya. Contoh efoni antara lain berupa
kombinasi bunyi-bunyi vokal (asonansi) /a/, /e/, /i/, /u/, /o/ dengan bunyi-bunyi
konsonan bersuara (voiced) seperti /b/, /d/, /g/, /j/, bunyi liquida
seperti /r/ dan /l/, serta bunyi sengau seperti /m/, /n/, /ny/, dan /ng/.
Contoh penggunaan bunyi efoni
terdapat puisi karya W.S. Rendra berikut ini.
Contoh
puisi 1
ADA TILGRAM TIBA SENJA
Ada tilgram tiba senja
dari pusat kota yang
gila
disemat di dada bunda
(BUNDA LETIHKU TANDAS
KE TULANG
ANAKDA KEMBALI PULANG)
Kapuk randu ! Kapuk
randu !
Selembut tudung
cendawan
Kuncup-kuncup di hatiku
bermerkahan.
Dulu ketika pamit mengembara
kuberi ia kuda bapanya
berwarna sawo muda
cepat larinya
jauh perginya.
Dulu masanya rontok
asam jawa
untuk apa kurontokkan
air mata?
cepat larinya
jauh perginya.
Lelaki yang kuat
biarlah menuruti darahnya
menghujam ke rimba dan
pusat kota
Tinggal bunda di rumah
menepuki dada
melepas hari tua,
melepas doa-doa –
cepat larinya
jauh perginya.
Elang yang gugur
tergeletak
Elang yang gugur
terebah
satu harap pada anak
ingat ‘kan pulang
pabila lelah
Kecilnya dulu meremasi
susuku
kini
letih pulang ke ibu
hatiku
tersedu
hatiku
tersedu.
Bunga
randu! Bunga Randu!
anakku
lanang kembali kupangku.
Darah, o, darah
ia pun lelah
dan mengerti artinya
rumah.
Rumah mungil berjendela
dua
serta bunga di
bendulnya
bukankah ia mesra?
Ada podang pulang ke
sarang
tembangnya panjang
berulang-ulang
--Pulang, ya pulang,
hai petualang!
Ketapang. Ketapang yang
kembang
berumpun di perigi tua
anakku datang anakku
datang
kembali kucium, kembali
kuriba.
W.S. Rendra
(dalam Pradopo, 1995: 28-29)
Selain bunyi efoni, ada bunyi
kakofoni (cacophony). Menurut Pradopo (1995: 30), bunyi kakofoni dalam
kombinasi yang tidak merdu, parau, penuh bunyi /k/, /p/, /s/, /t/. Kakofoni ini
cocok dan dapat untuk memperkuat suasana yang tidak menyenangkan, kacau balau,
serba tidak teratur, bahkan memuakkan. Contoh berikut adalah penggunaan bunyi
kakofoni yang memperkuat suasana tidak menyenangkan.
Contoh
Puisi 2
SENJA DI PELABUHAN
KECIL
Buat Sri Aryati
Ini kali tidak ada yang
mencari cinta
di antara gudang, rumah
tua, pada cerita,
tiang serta temali.
Kapal, perahu tiada berlaut,
menghembus diri dalam
mempercaya mau berpaut.
Gerimis mempercepat
kelam. Ada juga kelepak elang
menyingung muram, desir
hari lari berenang
menemu bujuk pangkal
akanan. Tidak bergerak
dan kini, tanah, air
tidur, hilang ombak.
Tiada lagi. Aku
sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung,
masih pengap harap
sekali tiba di ujung
dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat,
sedu penghabisan bisa berdekap.
Chairil Anwar
2) Diksi
Diksi adalah pilihan kata atau frasa dalam karya
sastra. Hal ini sesuai dengan pendapat Pradopo (1995: 54) yang mengatakan bahwa
pemilihan kata dalam sajak disebut diksi. Kata-kata yang dipilih oleh penyair
merupakan ”kata pilihan” untuk mengungkapkan apa yang disampaikannya secara
tepat. Efek yang muncul dari pemilihan kata ini adalah adanya imajinasi yang
estetis. Pemilihan kata juga bisa menjadi ciri dari seorang penyair (idiosinkresi).
Salah satu penyair yang lekat dengan budaya Jawa karena banyak memanfaatkan
bahasa Jawa dalam penulisan puisinya adalah Darmanto Jatman, seperti yang
terlihat dalam buku kumpulan puisinya Golf untuk Rakyat (1981).
Jika dilihat contoh puisi 2, diksi
yang digunakan penyair adalah kata-kata yang bernada muram. Menurut Waluyo (1995:
150), diksi tentang kemuraman itu dipantulkan ke pantai: gudang, rumah tua,
tiang, temali, kapal, perahu, laut, kelam, kelepak elang, tanah, air tidur,
hilang ombak, ujung, dan pantai. Kata-kata tersebut adalah kata-kata
yang dapat dijumpai tetapi sengaja dipilih menyair untuk memperkuat suasana.
3) Pengimajian
Pengimajian dapat dibatasi dengan
pengertian: kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan (Waluyo, 1995: 78).
Secara spesifik, Pradopo (1995:
81) gambaran-gambaran itu bermacam-macam, dihasilkan oleh indera penglihatan,
pendengaran, perabaan, pencecapan, dan penciuman.
Citraan (image) adalah
gambaran angan yang bermanfaat dalam pemahaman puisi. Citraan memungkinkan kita
untuk mencitrakan atau membayangkan kata-kata. Citraan ini sangat bermanfaat
dalam menghidupkan puisi. Beberapa macam citraan antara lain citraan
penglihatan (visual), citraan pendengaran (auditif), citraan
lidah atau rasa (tactile), citraan gerak (kinaestetik), dan citraan
rabaan (termal). Pengimajian yang digunakan penyair tidak memperkabur
makna yang hendak disampaikan. Bayangan cinta yang hilang diperkonkret dengan
pernyataan berikut ini.
Ini kali tidak ada yang
mencari cinta
di antara gudang, rumah
tua, pada cerita,
tiang serta temali.
Kapal, perahu tiada berpaut,
menghembus diri dalam
mempercaya mau berpaut.
Kata konkret tersebut menumbuhkan
pengimajian adalah bayangan pembaca. Kesepian dan kedukaan penyair mirip dengan
suasana pelabuhan dengan gudang, rumah tua, tiang, temali dan perahu yang tanpa
laut (Waluyo, 1995: 151).
4) Kata
Konret
Menurut Waluyo (1995: 81), untuk
membangkitkan imaji (daya bayang) pembaca, maka kata-kata harus diperkonkret.
Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyarankan kepada arti yang
menyeluruh. Jika penyair mahir memperkonkret kata-kata, maka pembaca
seolah-olah dapat melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan penyair.
Dalam contoh puisi 2, dilukiskan
bahwa penyair merasa sepi. Sepi yang dilukiskan adalah sepi yang mencekam.
Imaji sepi ditutup dengan kata-kata konkret: menghembus diri dalam
mempercaya mau berpaut.
5) Majas
Unsur puisi lainnya adalah bahasa
kiasan (figurative language). Peran figurative language adalah
untuk mendapatkan efek estetis dengan pengungkapannya secara tak langsung.
Kadang kala, untuk mendapatkan kejelasan gambaran angan. Bahasa kiasan
bermacam-macam, antara lain simile (perbandingan), metafora (perbandingan tak
langsung), personifikasi, metonimi,
sinekdoki, dan alegori (Pradopo 1995: 62).
Personifikasi adalah bahasa kiasan
yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang seolah-olah
memiliki sifat-sifat kemanusiaan (Keraf, 1998:140). Benda-benda mati itu
seolah-olah bisa berperilaku, berperasaan, dan memiliki karakter manusia
lainnya. Contoh: angin baru saja singgah di kota ini, mengendarai awan-awan
yang kesepian karena ditinggalkan burung-burung kepodang.
Metafora adalah gaya bahasa yang
membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam sebuah metafora terdapat
dua unsur, yakni pembanding (vehicle) dan yang dibandingkan (tenor).
Metafora ada dua macam, eksplisit dan implisit. Disebut metafora eksplisit jika
pembandingnya disebutkan, misalnya kaulah kandil kemerlap. Kau dalam kutipan
itu dibandingkan dengan pelita yang memberikan cahaya. Disebut metafora
implisit bila yang disebutkan hanya unsur pembandingnya saja, misalnya sebagai
rerumputan / kita harus berkembang biak / dalam persatuan dan cinta.
Alegori adalah metafora yang
diperpanjang. Alegori disebut juga dongeng perumpamaan. Puisi Teratai
karya Sanusi Pane merupakan alegori karena bunga teratai mengisahkan tokoh
pendidikan. Teratai adalah gambaran dari tokoh pendidikan itu (Ki Hadjar
Dewantara) yang memberikan keteladanan kepada bangsa Indonesia.
Dalam contoh puisi 2, majas
hiperbola dapat dijumpai pada baris: dari pantai keempat sedu penghabisan
bisa terdekap. Baris dengan majas hiperbola itu, ternyata dapat memberikan
gambaran yang tepat tentang kedukaan penyair yang mendalam.
6) Versifikasi
Versifikasi
meliputi rima, ritma, dan metrum. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi
(Waluyo, 1995: 90). Kata rima digunakan untuk mengganti istilah persajakan pada
sistem lama karena diharapkan penempatan bunyi dan pengulangannya tidak hanya
pada akhir setiap baris, namun baris menjadi frasa yang berulang-ulang,
merupakan unsur yang memperindah puisi.
Menurut Boulton (dalam Waluyo, 1995:
92) bentuk intern pola bunyi adalah: aliterasi, asonansi, persamaan akhir,
persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi
(kata), dan sebagainya. Dalam sastra Jawa, hal ini mirip dengan purwokanthi.
Jika puisi Senja di Pelabuhan
Kecil dianalisis dapat dikatakan bahwa puisi tersebut masih menggunakan
pola puisi lama. Hal ini dibuktikan ada rima akhir tiap bait adalah sebagai
berikut: bait pertama bersajak (abab), bait kedua bersajak (aabb), dan bait
ketiga bersajak (abab).
Ritme puisi berupa ikatan yang
mengikat bait dengan mengggunakan keterangan kalimat. Pada bait pertama
digunakan frase /ini kali/, pada bait kedua digunakan /gerimis/,
sedangkan pada bait ketiga digunakan /tiada lagi/. Setiap bait puisi Senja
di Pelabuhan Kecil itu diikat dengan kata pengikat, sehingga pada permulaan
bait seakan muncul gelombang irama baru.
7) Tipografi
Perwajahan puisi (tipografi), yaitu
bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri,
pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan
pemaknaan terhadap puisi. Bisa kita lihat pada beberapa puisi dari Sutardji
Calzoum Bachri salah satunya adalah puisi di bawah ini.
TAPI
aku bawakan bunga padamu
tapi kau
bilang masih
aku bawakan resah padamu
tapi kau
bilang hanya
aku bawakan darahku padamu
tapi kau
bilang cuma
aku bawakan mimpiku padamu
tapi kau
bilang meski
aku bawakan dukaku padamu
tapi kau
bilang tapi
aku bawakan mayatku padamu
tapi kau
bilang hampir
aku bawakan arwahku padamu
tapi kau bilang kalau
tanpa apa aku datang padamu
wah!
(Sutardji Calzoum Bachri, O AMUK KAPAK, 1981)
Dengan tipografi tersebut bisa disimpulkan bahwa perwajahan
puisi tersebut menggambarkan sebuah pertentangan antara “aku” dan “kau”
sehingga apa pun yang dibawa oleh “aku” selalu kandas dan terjatuh (tak
bermakna) di mata “aku” seperti digambarkan dalam baris puisi yang anjlok ke
bawah dan menjorok ke dalam. Tipografi
barisnya yang anjlok dan menjorok ke dalam seolah menggambarkan bahwa apa yang
dimiliki “aku” sangat diremehkan, tidak
ada apa-apanya dalam pandangan “kau”.
Selain itu, dengan adanya pemisahan antara baris “aku” dan “kau”, seolah
menggambarkan bahwa percakapan dalam puisi itu terjadi dialog antara dua orang,
baik antara seorang Budak dengan Tuannya, maupun Hamba dengan Tuhannya. Hal itu
menggambarkan bahwa seorang hamba dengan Tuhannya tidak akan pernah sejajar.
Sebenarnya dengan tipografi seperti
itu pembaca bisa mengartikan atau memaknai puisi tersebut sesuai dengan makna
yang ditangkap oleh pembaca karena arti sebuah puisi tidak terletak dari kata,
seperti sesuatu yang dipikirkan atau dimaksudkan oleh pengarang, melainkan
kata-kata itu menjadikan sebuah arti yang harus diusahakan dan diproduksi
sendiri oleh pembaca. Bila terjadi perbedaan makna yang ditangkap oleh setiap
pembaca, itu merupakan hal yang wajar karena puisi ekspresi dalam puisi itu
bersifat tidak langsung. Seperti yang kita ketahui bahwa ketidaklangsungan
tersebut disebabkan oleh penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan
arti. Jadi semua orang berhak mengartikan apapun dari puisi siapa pun tak harus
sesuai yang dimaksudkan oleh pengarangnya karena penyimpangan pemaknaan atau
arti puisi itu merupakan salah satu sebab dari ketidaklangsungan ekspresi di
dalam puisi.
Selain dari penyimpangan arti,
Geoffrey (dalam Waluyo, 1995: 68-69) menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9
(sembilan) aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis,
penyimpangan fonologis, penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan
register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan
historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan
kapital hingga titik). Dalam puisi tersebut dalam segi tipografi penyimpangan
grafologis sangat tampak jelas. Tidak tampak tanda baca baik titik maupun koma
kecuali hanya tanda seru (!) pada kata terakhir yang menyatakan ketakjuban
“kau”. Selain itu tidak ada huruf kapital yang mengawali awal kalimat kecuali
hanya pada judul puisi. Sehingga kita bisa mengambil makna bahwa seorang
manuasia (aku) janganlah merasa lebih besar (hebat) dari pada penciptanya.
“kau” yang tidak diawali huruf kapital seperti layaknya huruf yang menggambarkan
Tuhan, seolah meyakinkan manusi (aku) bahwa Tuhan tidak mengajarkan manusia
untuk sombong jadi “aku” tidak menggunakan huruf kapital agar tidak melebihi
“kau” (Tuhan).
Tipografi
puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” adalah tipografi puisi konvensional. Hal ini
tertulis dalam baris-baris puisi di bawah ini.
Ini kali tidak ada yang
mencari cinta
di antara gudang, rumah
tua, pada cerita,
tiang serta temali.
Kapal, perahu tiada berpaut,
menghembus diri dalam
mempercaya mau berpaut.
Gerimis mempercepat
kelam. Ada juga kelepak elang
menyingung muram, desir
hari lari berenang
menemu bujuk pangkal
akanan. Tidak bergerak
dan kini, tanah, air
tidur, hilang ombak.
8) Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter
yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu
kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya. Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan
Tuhan, maka puisinya bertema ketuhanan (Waluyo, 1995: 106). Tema yang dapat
diangkat bisa ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme, cinta tanah air, cinta kasih
antara pria dan wanita, kerakyatan dan demokrasi, pendidikan dan budi pekerti,
dan lain-lain.
9) Nilai
Rasa
Rasa
adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang dikandung dalam puisi.
Rasa merupakan dunia emosional yang terdapat dalam puisi. Hubungan penyair
terhadap permasalahan tecermin dalam suasana puisi. Sikap ini menimbulkan kesan
tertentu antara lain haru, murung, ceria, heroik, dan putus asa (Fitria. Ed,
2012; 8). Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa rasa dalam puisi
dapat berupa senang, sedih, ceria, murung, dan lain-lain.
10) Nada
Nada merupakan sikap penyair
terhadap pembacanya (Fitria, 2012: 8). Nada dalam puisi dapat menasihati,
mengejek, menyindir, mengagumi, atau membesarkan hati.
11) Amanat
Amanat atau pesan adalah sesuatu
yang disampaikan penulis kepada pembaca melalui karyanya, yang sering disebut
pula dengan istilah nilai.
c. Penulisan
Puisi
Puisi merupakan karya kreatif, yakni
karya yang lahir dari kreativitas
penulisnya. Menulis puisi dengan demikian adalah persoalan kreativitas,
yang lekat dengan kemampuan individu untuk memunculkan nilai baru dalam hal-hal
yang diciptakannya. Meskipun demikian, kreativitas itu bukanlah suatu hal yang
memiliki nilai mati. Kreativitas bisa digali dan ditumbuhkan. Tahap proses
kreatif ada empat, yakni: (a) persiapan (b) inkubasi (c) iluminasi, dan (d)
verifikasi.
Tahap persiapan adalah tahap
mencari bahan-bahan atau sumber tulisan. Ini bisa dilakukan dengan pengayaan
materi, mencari momen-momen puitik yang bisa menyentuh perasaan. Ide atau bahan penulisan bisa didapat dan
digali dari mana saja. Kemunculannya bisa dilakukan dengan mengasah
sensitivitas, pengalaman, imajinasi, dan bisa diperkaya dengan kegiatan membaca, mengamati, atau mencari
momen-momen puitik. Upaya-upaya
pengayaan bahasa perlu dilakukan, misalnya dengan pengayaan penguasaan
kosakata, pengayaan bacaan-bacaan, terutama puisi, pengayaan dalam membentuk
kata atau frase.
Ketika
semua bahan telah terkumpul, tahap berikutnya adalah melakukan inkubasi atau
pengendapan. Pada tahapan ini, semua materi yang telah dikumpulkan diendapkan
dalam rangka memantapkan calon tulisan
sambil melakukan proses penyusunan. Saat semua bahan dirasa siap untuk
dilahirkan dalam bentuk tulisan, masuklah tahap iluminasi atau tahap
perwujudan. Pada saat ini, semua ide yang telah diorganisir dilahirkan dalam
bentuk tulisan.
Setelah selesai menuliskan semua ide
yang ingin disampaikan, penulis perlu melakukan tahapan revisi.
Jika ada hal yang kurang sesuai, bisa dilakukan perbaikan-perbaikan.
Revisi bisa dilakukan dengan cara peer-review, atau meminta pendapat dari teman
sejawat. Revisi adalah salah satu cara untuk mencapai perbaikan naskah.
Verifikasi adalah tahapan untuk melakukan penilaian-penilaian apakah suatu
karya layak untuk diterbitkan.
Phillbrick dalam www.teacher.scholastic.com
(diunduh tanggal 19 Mei 2010) memberikan beberapa poin penting terkait dengan
penulisan puisi. Perencanaan adalah tahap awal yang penting. Setiap penulis
puisi harus mengalokasikan waktunya untuk menulis puisi, kurang lebih 5-10
menit. Hal yang perlu dilakukan adalah segera menulis. Menulis sebait puisi
lebih baik daripada tidak sama sekali. Semakin sering menulis puisi, maka
semakin terbiasa pula dengan puisi. Penulis puisi dapat memulai menulis sesuatu
yang menarik perhatian.
3. Tinjauan tentang Mind Mapping
Mind mapping merupakan alat paling hebat yang membantu otak berpikir secara teratur
(Buzan, 2005:4). Mind mapping
merupakan cara paling mudah untuk memasukkan informasi ke dalam otak, dan untuk
mengambil informasi dari otak (Buzan, 2005:6). Mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara
harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita (Buzan, 2005:4)
Mind mapping selalu menggunakan warna, garis, lambang, kata-kata, serta gambar,
berdasarkan seperangkat aturan yang sederhana, mendasar, alami dan akrab bagi
otak. Dengan menggunakan mind mapping,
daftar informasi panjang dan menjenuhkan akan bisa diubah bentuknya menjadi
diagram berwarna-warni, mudah diingat dan sangat beraturan serta sejalan dengan
cara kerja otak.
Mind mapping tidak ada bedanya dengan peta kota. Bila bagian tengah mind mapping merupakan topik (gagasan
sentral), sedangkan pada bagian tengah pada peta kota adalah pusat kota.
Jalan-jalan protokol yang memencar keluar dari pusat kota diibaratkan
gagasan-gagasan pokok dalam proses berpikir, begitu seterusnya membuka
cabang-cabang sekunder lagi.
Peta pikiran
adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan
prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan (Porter & Hernacki,
2002:152). Di dalam otak kita sering kali mengingat informasi dalam bentuk
gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk dan perasaan. Peta pikiran ini menggunakan
pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang
berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan belajar, mengorganisasikan, dan
merencanakan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan
dengan mudah.
Mind mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi.
Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan
bantuan catatan. Peta pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak monoton
karena mind mapping memadukan fungsi
kerja otak secara bersamaan dan saling berkaitan satu sama lain. Sehingga akan
terjadi keseimbangan kerja kedua belahan otak. Otak dapat menerima informasi
berupa gambar, simbol, citra, musik, dan lain-lain yang berhubungan
dengan fungsi kerja otak kanan. Mind
mapping dapat menghubungkan ide baru dan unik dengan ide yang sudah ada,
sehingga menimbulkan adanya tindakan spesifik yang dilakukan oleh siswa. Dengan
penggunaan warna dan simbol-simbol yang menarik akan menciptakan suatu hasil
pemetaan pikiran yang baru dan berbeda. Pemetaan pikiran merupakan salah satu
produk kreatif yang dihasilkan oleh siswa dalam kegiatan belajar.
a. Langkah-langkah
Metode Mind Mapping
Mind
mapping sangat mudah dibuat. Bahan-bahan yang harus disediakan ketika
membuat mind mapping antara lain :
(a) kertas kosong, (b) pena dan pensil warna, (c) otak, dan (d) imajinasi.
Dengan keempat bahan tersebut gagasan akan secara mudah lahir.
Cara kerja mind mapping adalah menuliskan tema utama sebagai titik sentral/
tengah dan memikirkan cabang-cabang atau tema-tema turunan yang keluar dari
titik tengah tersebut dan mencari hubungan antara tema turunan.
Buzan (2005:21) menerangkan bahwa
ada tujuh langkah cara menbuat mind
mapping, yaitu :
a) Memulai dari bagian tengah permukaan secarik kertas
kosong yang diletakkan dalam posisi memanjang. Dengan memulai dari
tengah-tengah permukaan kertas akan memberikan keleluasaan bagi cara kerja otak
untuk memencar keluar ke segala arah, dan mengekspresikan diri lebih bebas dan
alami.
b) Menggunakan sebuah gambar untuk gagasan sentral. Karena
suatu gambar bernilai seribu kata dan membantu memunculkan imajinasi. Gambar
yang letaknya ditengah-tengah akan lebih menarik, membuat penulis fokus,
membantu penulis memusatkan pikiran, dan membuat otak semakin aktif dan sibuk.
c) Menggunakan warna pada seluruh mind mapping. Warna akan membuat mind mapping tampak lebih cerah dan hidup, meningkatkan kekuatan
dahsyat bagi cara berpikir kreatif.
d) Menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar sentral dan
menghubungkan cabang-cabang tingkat kedua dan ketiga pada tingkat pertama dan
kedua, dan seterusnya.
e) Membuat cabang-cabang mind
mapping membentuk melengkung. Cabang-cabang dibuat melengkung agar
menghilangkan kebosanan pada otak. Cabang-cabang yang melengkung menimbulkan
kesan yang lebih menarik bila dibanding garis lurus.
f) Menggunakan satu kata kunci per baris. Kata kunci tunggal
akan membuat mind mapping lebih kuat
dan fleksibel.
g) Menggunakan gambar pada seluruh mind mapping. Dalam setiap gambar bernilai seribu kata.
b. Manfaat
Metode Mind Mapping
Mind mapping adalah sebuah metode untuk mengelola informasi secara menyeluruh.
Secara lengkap mind mapping dapat digunakan untuk :
·
Menyimpan informasi
·
Mengorganisasikan
informasi
·
Membuat prioritas
·
Belajar memahami
informasi dalam konteksnya
·
Melakukan review atas
sebuah materi pembelajaran
·
Mengingat informasi
secara lengkap.
Agar dapat memenuhi fungsi-fungsi di
atas maka informasi dalam mind mapping disajikan dengan cara menggabungkan kata
dan gambar. Kata yang dipilih merupakan kata kunci (keyword) yang dapat
memberikan efek stimulasi baik dalam logika berpikir maupun secara emosional.
Sedangkan gambar yang dipilih disesuaikan dengan asosiasi terhadap kata kunci
sehingga berfungsi mengaktifkan kelima indera dan kreativitas. Lewat penggunaan
gambar, informasi yang dicatat seolah-olah bisa didengarkan, disentuh,
dirasakan, dicium, dan dilihat.
Mind mapping memiliki banyak
kelebihan, termasuk diantaranya kelebihan dapat menghemat waktu, mengatur dan
menjernihkan pikiran, meghasilkan gagasan-gagasan baru, dapat mengikuti
perkembangan hal-hal yang sedang dilakukan, serta memperbaiki daya ingat dan
konsentrasi secara dramatis.
Mind
mapping sangat bermanfaat dalam kegiatan apapun. Seperti yang diungkapkan
oleh DePorter & Hernacki (2002:172), bahwa pemetaan pikiran (mind Mapping) memiliki beberapa manfaat
sebagai berikut :
1)
Dapat
memusatkan perhatian
Dengan membuat mind mapping, membantu kita untuk
berkonsentrasi pada gagasan yang dicari, sehingga tidak perlu berpikir untuk
menangkap setiap kata yang dibicarakan.
2)
Meningkatkan
Pemahaman
Ketika membaca suatu tulisan,
peta pikiran akan meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan tinjauan ulang
yang sangat berarti.
3)
Menyenangkan
Dengan menggunakan mind mapping, imajinasi dan kreativitas
kita tidak terbatas. Ditambah dengan mind
mapping yang memadukan simbol, gambar, dan warna menjadikan pembelajaran
apapun menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
Mind
mapping atau dikenal juga peta pikiran adalah tool yang terstruktur dan
efektif untuk membantu siswa dan guru mengerjakan proses pengajaran dengan
lebih baik. Hal ini karena mind mapping
menstimulasi otak kiri dan otak kanan secara sinergis.
Mind
mapping akan sangat bermanfaat dalam pembelajaran terutama dalam
ketrampilan mencatat dan mengingat, antara lain:
·
membantu dengan kemampuan otak
untuk berkonsentrasi
·
memungkinkan esensi materi
menjadi jelas
·
secara visual relatif lebih
jelas urutan dan informasinya
·
membuat sambungan antara
ide-ide mudah untuk dilihat
·
meningkatkan daya ingat menjadi
Long term memory
·
meningkatkan keyakinan kita
dalam kemampuan kita untuk belajar.
c. Pelaksanaan Mind Mapping dalam Pembelajaran Menulis
Puisi
Dengan memperhatikan uraian tentang mind mapping tersebut, pelaksanaan pembelajaran
menulis puisi dibagi menjadi tiga tahap dengan kegiatan yang berbeda-beda.
Tahap I : Peserta didik memperhatikan penjelasan guru
tentang peulisan puisi dengan metode mind mapping dengan tema yang telah
ditentukan.
Tahap II : Peserta didik berkelompok untuk melengkapi mind mapping dengan kata kunci,
dilanjutkan menulis puisi secara berkelompok. Puisi yang telah dihasilkan
dipresentasikan di depan kelas.
Tahap III : Peserta didik
menulis puisi berdasar tema yang telah ditentukan.
4. Tinjauan tentang Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Prestasi belajar atau hasil pembelajaran
adalah hasil yang dicapai peserta didik dari mempelajari tingkat penguasaan
ilmu pengetahuan tertentu dengan alat ukur berupa evaluasi yang dinyatakan
dalam bentuk angka huruf atau kata atau simbol, dengan istilah lain yakni
prestasi (Balitbang SMK Negeri 1 Samarinda, 2003: 1).
Menurut Buchori (1980: 78), hasil
belajar menunjukkan hasil yang nyata dari suatu usaha. Hasil belajar, merupakan
suatu hasil usaha, kerja atau yang dilakukan berupa penguasaan, penggunaan dan
penilaian tentang sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai pengetahuan,
keterampilan dasar dalam berbagai bidang. Hasil belajar yang maksimal ditandai
oleh nilai perilaku yang baik terhadap semua pihak yang sekaligus akan dapat
mendorong lingkungan untuk mengikuti hal itu.
Sedangkan menurut Pasaribu dikatakan
bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai setelah mengikuti pendidikan atau
latihan (Pasaribu, 1983: 115). Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa hasil belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan oleh dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru
(Depdikbud, 1995: 787).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulaka bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan yang dicapai peserta
didik setelah mereka mengikuti pendidikan atau latihan, diukur dengan tes dan
dinyatakan dengan angka atau nilai.
b. Macam-Macam
Hasil Belajar
Untuk mengetahui jenis-jenis hasil
belajar tentunya harus diketahui perubahan-perubahan yang dicapai peserta didik
setelah mengikuti proses belajar mengajar. Pada umumnya perubahan yang
diharapkan menyangkut aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan atau sering
diistilahkan dengan kognitif, afektif dan psikomotor.
1)
Hasil Belajar Aspek Kognitif
Menurut W.S. Winkel (1984: 155), aspek kognitif yang
dimaksudkan di sini merupakan aspek yang berkaitan dengan pengetahuan peserta
didik dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan guru dalam proses
belajar mengajar. Tentang masalah aspek kognitif ini, Winkel memberikan suatu
pengertian: “Dalam fungsi psikis yang menyangkut aspek pengetahuan dan
pemahaman.”
Dengan demikian maka jenis hasil belajar peserta didik dalam
aspek kognitif adalah pengetahuan dan pemahaman terhadap materi pelajaran dalam
proses belajar mengajar, atau terjadi perubahan di mana peserta didik yang
semua tidak mengerti menjadi mengerti dan yang semula tidak dapat, menjadi
dapat mengerjakan latihan-latihan yang berkenaan dengan mata pelajaran.
2)
Hasil Belajar Aspek Afektif
Lain halnya dengan aspek kognitif, aspek afektif ini yang
menjadi sasaran pokok adalah suatu perubahan batiniah atau rohaniah peserta
didik yang menyangkut pada nilai sikap dan keyakinannya terhadap suatu
pengetahuan yang telah diterimanya selama belajar. Hal ini diidentikkan dengan
pendapat Winkel (1984: 155) yang menyatakan bahwa aspek afektif ini adalah
hubungan dengan fungsi psikis yang menyangkut aspek nilai, sikap dan keyakinan.
Setelah peserta didik mengikuti pelajaran dan memahami materi
pelajaran yang diajarkan hendaknya mereka mempunyai kesadaran bahwa apa yang
telah diajarkan gurunya itu menjadi medoman dalam menentukan sikap dan
perbuatan sehari-hari.
3)
Hasil Belajar Aspek Psikomotor
Hasil belajar yang berbentuk psikomotor ini berupa hasil
belajar yang dapat dilihat secara langsung dalam tingkah laku anak. Hasil
belajar ini berupa suatu keterampilan yang nyata yang diperlihatkan peserta
didik. Misalnya: anak yang semula tidak dapat membaca Al Qur'an, setelah
mengikuti proses belajar mengajar dapat membaca Al Qur'an dengan fasih.
Tentang hasil belajar pada aspek psikomotor ini, Sudjana
(1991: 54) menjelaskan: “hasil belajar pada bidang psikomotorik ini dalam
bentuk keterampilan atau skill yaitu kemampuan dalam bertindak dan bersikap
individu.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar yang berupa pemahaman akan menunjang hasil belajar psikomotor. Dengan
hasil belajar aspkek psikomotor ini pada akhirnya peserta didik dapat malakukan
apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar mengajar.
Sebagai akhir pembicaraan tentang jenis-jenis hasil belajar,
maka perlu disampaikan bahwa tolok ukur keberhasilan peserta didik tersebut
dapat dintakan secara kualitatif dan kuantitatif. Prestasi belajar yang
dinyatakan secara kualitatif dapat diuraikan sebagai berikut
a)
Hasil baik sekali;
b)
Hasil baik;
c)
Hasil lebih dari cukup;
d) Hasil cukup; dan
e)
Hasil kurang baik.
Adapun tolok ukur hasil belajar yang dijadikan kriteria
dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang dinyatakan secara kuantitatif,
berupa angka-angka nilai rapor. Hal itu dikemukakan oleh Nasrun Harahap (1979:
89) sebagai berikut:
a) Angka 10 =
istimewa
b) Angka 9 =
baik sekali
c) Angka 8 =
baik
d) Angka 7 =
lebih dari cukup
e) Angka 6 =
cukup
f) Angka
5 = kurang 1
g) Angka 4 =
kurang 2, dst
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pertama berjudul Peningkatan keterampilan menulis puisi melalui model mind mapping siswa kelas V SDN Pojok 02
Kabupaten Blitar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model mind
mapping dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran keterampilan
menulis puisi antara lain, nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I
sebesar 68, dan siklus II sebesar 86. Sedangkan hasil keterampilan menulis
puisi siswa meningkat ditunjukkan dengan nilai rata-rata pada pratinda-kan 65,
siklus I 73, dan siklus II 87. Ketuntasan belajar pada pratindakan sebesar 30%,
siklus I sebesar 70%, dan siklus II 100%.
Penelitian tentang mind mapping yang
lain ditulis oleh Nurhayati berjudul Meningkatkan
Keterampilan Menulis Cerita Pendek dengan Mermain Imajinasi dan Mind Map pada
Siswa kelas X SMA SMART Ekselensia Indonesia (Jurnal Pendidikan Dompet
Duafa Edisi I/2011). Hasil penelitian ada tiga macam, yakni: (1) Metode dalam KBM harus variatif dan kreatif sehingga
terciptanya KBM yang menyenangkan. Jika siswa merasa senang dan tidak jenuh
dalam KBM, keberhasilan belajar yang diharapkan akan tercapai.(2) Imajinasi
adalalah khayalan atau anganangan. Setiap remaja memiliki daya khayal yang
tinggi. Mind map adalah cara baru yang menyenangkan untuk dapat
mengeluarkan ide/ gagasan. Kedua hal tersebut dapat dimanfaatkan dalam
meningkatkan kemampuan menulis cerpen.(3) Pelajaran menulis cerpen merupakan materi
yang dirasa sangat sulit bagi sebagian besar siswa SMA, namun dengan perpaduan
bermain imajinasi dan menerapkan mind map dalam menyusun kerangka
karangan menjadikan siswa kelas X-B SMA SMART EI senang menulis cerpen dan dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen.
Yang dicantumkan ketiga adalah
penelitian Ellisa Wahyuning Christy berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Metode Mind Mapping pada
Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 2 Masaran Sragen Tahun Ajaran 2011/2012. Simpulan
penelitian ini adalah penerapan metode mind
mapping dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia siswa kelas VII-A SMP Negeri 2 Masaran Sragen.
Berdasarkan hasil ketiga penelitian di
atas dapat diketahui bahwa mind mapping bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan menulis puisi dan menulis cerpen. Perbedaan penelitian tindakan
kelas ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada pelaksanaan mind
mapping yang dilakukan dengan cara berdiskusi.
Bertitik tolak dari tiga penelitian
di atas dan dengan memerhatikan kajian teori yang ada, penelitian ini berbeda
dengan penelitian yang telah ada. Dengan demikian keaslian penelitian ini
terletak pada:
1.
Pembelajaran menulis puisi
dalam penelitian ini diawali dengan apersepsi, diikuti dengan menuliskan
kata-kata kunci dengan cara berdiskusi pada bagian mind mapping dengan tema tertentu.
2.
Kata-kata kunci tersebut
digunakan dasar penulisan puisi secara berkelompok. Tiap kelompok
mempresentasikan hasilnya di depan kelas.
3.
Kegiatan diakhiri dengan
menuliskan puisi secara mandiri.
C. Kerangka Berpikir
Untuk mempermudah pemahaman terhadap penelitian ini
dapat dilihat pada bagian kerangka berpikir. Pada kondisi awal, guru
menggunakan metode konvensional, yakni ceramah selama dua jam pelajaran.
Kegiatan dikuti dengan memberikan tugas menulis puisi. Hasil akhir menjukkan
bahwa rata-rata hasil belajar menulis puisi sebesar 59,64.
Dengan mind mapping yang dikemas dalam diskusi diharapkan dapat membangkitkan
kreativitas peserta didik. Peningkatan kreativitas peserta didik tersebut
terjadi pada proses penulisan puisi. Diharapkan jika proses pembelajaran
meningkat, hasil belajar pun meningkat minimal >75.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoretis yang
telah dikemukakan, hipotesis tindakan yang diajukan adalah ”Penerapan metode mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar
menulis puisi peserta didik kelas VIII B SMP 1 Batangan semester genap tahun
pelajaran 2011/2012”.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Berdasarkan
permasalahan yang diteliti, dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif
kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan studi sistematis
terhadap praktik pembelajaran di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik
dengan melakukan tindakan tertentu.
Ada empat alasan dilaksanakannya
penelitian di kelas tersebut. Pertama, Kompetensi dasar menulis
puisi mulai diajarkan di kelas VII. Kedua,
kompetensi dasar menulis puisi juga terdapat di kelas VIII semester 2,
dengan dua KD: (1) KD 16.1 Menulis
puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai, dan
KD 16.2 Menulis puisi bebas
dengan memperhatikan unsur persajakan. Ketiga, berdasarkan studi awal diketahui bahwa hasil pembelajaran menulis
puisi masih rendah, yakni 59,64. Keempat, peneliti mengajar di kelas VIII
B SMP Negeri 1 Batangan. Berdasarkan fakta tersebut, dilakukanlah
penelitian untuk memperbaiki proses dan hasil belajar menulis puisi.
Pembelajaran dengan metode mind mapping diharapkan dapat meningkatkan mutu
proses dan hasil belajar menulis puisi.
Penelitian
ini dilakukan pada bulan Januari s.d. Mei 2012. Lokasi penelitian adalah SMP
Negeri 1 Batangan Kabupaten Pati, Jalan Raya Batangan Jaken Km. 1,5 Batangan,
Kode Pos 59186 telepon (0295) 5516997. Penelitian ini dibagi menjadi tiga
tahap, yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan. Agar
lebih jelas tentang penahapan penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 1: Jadwal Waktu
Penelitian
No
|
Kegiatan
|
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
|||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Persiapan
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
||||||||||||
2
|
Pelaksanaan Siklus 1
|
||||||||||||||||||||
Pertemuan ke-1
Puisi bertema lingkungan
|
x
|
||||||||||||||||||||
Pertemuan ke-2
Puisi bertema lingkungan
|
x
|
||||||||||||||||||||
Post tes
|
x
|
||||||||||||||||||||
3
|
Pelaksanaan Siklus 2
|
||||||||||||||||||||
Pertemuan ke-1
Puisi bertema bencana alam
|
x
|
||||||||||||||||||||
Pertemuan ke-2
Puisi bertema bencana alam
|
x
|
||||||||||||||||||||
Post tes
|
x
|
||||||||||||||||||||
4
|
Pelaksanaan Siklus 3
|
||||||||||||||||||||
Pertemuan ke-1
Puisi bertema kasih sayang ibu
|
x
|
||||||||||||||||||||
Pertemuan ke-2
Puisi bertema kasih sayang ibu
|
x
|
||||||||||||||||||||
Post tes
|
x
|
||||||||||||||||||||
5
|
Pelaporan
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah peserta didik kelas VIII B,
Semester 2 SMP Negeri 1 Batangan, Pati Tahun
Pelajaran 2011/2012. Peserta didik berjumlah 20 orang, terdiri atas 8
orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Guru yang menjadi peneliti adalah guru
Bahasa Indonesia Kelas VIII B, yakni Bapak Bambang Sukamto. Penelitian ini
dibantu oleh mitra peneliti seorang Bahasa Indonesia kelas IX, yakni Ibu M. Dwi
Ismawati, S. Pd.
C. Data dan Sumber Data
Menurut Suwandi
(2007:35), data penelitian yang dikumpulkan berupa infomasi tentang hasil pembelajaran
menulis puisi, motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, serta
kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan
pembelajaran (termasuk penggunaan strategi pembelajaran) di kelas.
Berdasarkan pendapat tersebut, data
penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi:
(1) Informan atau narasumber, yaitu guru dan
peserta didik. Informan atau narasumber, terdiri dari guru Bahasa Indonesia VIII
B, SMP Negeri 1 Batangan Pati. Guru dapat memberikan informasi mengenai
pelaksanaan pembelajaran menulis puisi. Peserta didik dapat memberikan
informasi tentang tanggapan para peserta didik terhadap pembelajaran menulis
puisi.
(2) Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas
pembelajaran menulis puisi dan aktivitas lain yang bertalian. Sumber data
berupa tempat dan peristiwa atau aktivitas ini diharapkan memberikan berbagai
informasi tentang kondisi nyata tentang pembelajaran menulis puisi.
(3) Dokumen atau arsip yang antara lain berupa
Kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hasil pekerjaan peserta
didik, dan buku penilaian. Arsip atau dokumen yang diteliti berupa KTSP,
berbagai bentuk persiapan mengajar guru yang dapat disusun sebelum pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar yang dapat berupa mempersiapkan silabus, prota,
promes, dan RPP serta membuat soal-soal sebagai alat evaluasi. Sumber data ini
diharapkan memberikan informasi tentang kurikulum yang digunakan oleh guru
sebagai pedoman dalam menyusun program-program pembelajaran sehingga guru dapat
membuat alat evaluasi yang jelas untuk menentukan keberhasilan peserta didik
dalam melaksanakan pembelajaran.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada tiga instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data, yaitu observasi, wawancara, portofolio, dan angket.
1. Observasi atau Pengamatan
Pengamatan atau observasi dalam
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas peserta didik dan guru.
Saat pengamatan berlangsung, observer membawa lembar observasi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Nurgiyantoro (2001:57), yang menyatakan bahwa penilaian yang
dilakukan dengan teknik pengamatan atau observasi adalah penilaian dengan cara
mengadakan pengamatan terhadap suatu hal secara langsung, teliti, dan
sistematis. Observasi juga berarti kegiatan pengamatan (pengumpulan data) untuk
memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran (Arikunto dkk, 2008
: 127). Efek dari suatu intervensi (action) terus dimonitor secara
selektif. Data-data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif tentang kemajuan
peserta didik yang berupa nilai dan data kualitatif berupa aktivitas dan suasana
kelas pada pelaksanaan pembelajaran.
Pada umumnya dalam penelitian tindakan
kelas, baik data kualitatif maupun kuantitatif dimanfaatkan untuk menggambarkan
perubahan yang terjadi: perubahan pada kinerja guru, hasil pembelajaran peserta
didik, perubahan kinerja peserta didik, dan perubahan suasana kelas. Untuk
melakukan pengamatan, tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a.
Peneliti mempersiapkan
lembar observasi yang berisi daftar perilaku peserta didik terhadap
pembelajaran menulis puisi.
b.
Peneliti melaksanakan
observasi saat pembelajaran berlangsung dengan observasi partisipan. Dengan
observasi partisipan ini data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan
sampai mengetahui pada tingkat mana dari setiap perilaku yang tampak (Sugiyono,
2006:162). Dengan participant observation, peneliti
dapat bekerja dengan maksimal untuk mendapatkan data.
c.
Peneliti mencatat hasil
observasi pada lembar observasi.
d.
Peneliti menganalisis dan
mendeskripsikan data observasi.
Lembar pengamatan selama proses pembelajaran disajikan pada
tabel 2 berikut ini.
Tabel 2
Penilaian Sikap Peserta Didik pada Pembelajaran Menulis Puisi
No
|
Aspek yang Dinilai
|
Skala Skor
|
Keterangan
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
1
|
Keaktifan peserta didik awal
pembelajaran
|
||||||
2
|
Keaktifan peserta didik dalam kelompok
|
||||||
3
|
Keaktifan dalam kerja individu.
|
||||||
4
|
Keberanian bertanya
|
||||||
5
|
Ketepatan mengumpulkan tugas
|
Keterangan:
1 = Jelek 4
= Baik
2 = Kurang Baik 5
= Sangat baik
3 = Cukup Baik
Kegiatan guru saat mengajar diamati
oleh kolaborator, yakni Ibu M. Dwi Ismawati. Untuk mempermudah melakukan
observasi, disusun format penilaian observasi. Aspek yang dinilai saat guru
mengajar ada tujuh, yakni (1) kemampuan membuka pelajaran (2) sikap guru dalam
proses pembelajaran, (3) penguasaan materi pokok pembelajaran, (4) Implemantasi
skenario pembelajaran. (5) penggunaan media, (6) evaluasi, dan (7) kemampuan
menutup pelajaran. Format penilaian dilampirkan pada laporan penelitian ini. Untuk
merata-rata hasil pembelajaran digunakan rumus di bawah ini.
Nilai = , dengan keterangan:
X = jumlah seluruh skor
N = jumlah subjek (Nurgiyantoro, 2001: 110)
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu (Moleong, 2007:186). Teknik wawancara digunakan untuk
mengungkapkan data pembelajaran pembelajaran menulis puisi. Teknik wawancara
dilakukan secara tidak langsung.
Wawancara tidak langsung ini dilakukan dengan guru bahasa Indonesia yang
terlibat dalam penelitian ini. Kegiatan wawancara dilaksanakan pada saat
istirahat setelah pembelajaran selesai.
Adapun
cara yang ditempuh peneliti dalam wawancara yaitu (1) mempersiapkan wawancara,
(2) merekam dan mencatat hasil wawancara dengan menulis tanggapan tiap butir
pertanyaan. Pedoman wawancara terlampir.
3. Portofolio
Penilaian portofolio dibatasi dengan pengertian berikut
ini.
”Portofoloio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, lembar jawaban
tes yang menunjukkan soal yang mampu dan tidak mampu dijawab (bukan nilai) atau
bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata
pelajaran” (Depdiknas, 2007: 31).
Penilaian
portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu pada
satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya
tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri.
Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri
dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus
melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan
perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain:
karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/
literatur, laporan penelitian, sinopsis, dsb.
Portofolio yang digunakan adalah portofolio menulis puisi. Kegiatan
menulis puisi dilakukan sebanyak empat kali, yakni pratindakan, akhir siklus 1,
akhir siklus 2, dan akhir siklus 3. Kegiatan pratindakan digunakan untuk
mengetahui kondisi awal peserta didik. Sedangkan portofolio akhir siklus I
digunakan untuk mengetahui efek tindakan yang dilakukan selama siklus 1.
Kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus 1 disempurnakan pada rencana
tindakan siklus 2. Selanjutnya diadakan tes akhir siklus 1. Dengan menganalisis
kekurangan siklus 2, diadakan penyempurnaan pada akhrir siklus 3.
Aspek yang dinilai dalam portofolio
penulisan puisi ada delapan, yakni: bunyi, diksi, imaji (citraan), kata
konkret, bahasa figuratif (majas), versifikasi, tipografi, dan tema. Untuk
mempermudah penilaian, dibuat kisi-kisi dan indikator yang disajikan dalam rubrik
penilaian (lihat lampiran 3.c. Untuk mempermudah penilaian, tabel tersebut
disederhanakan ke dalam betuk berikut ini.
Tabel 3 Aspek
Penilaian Menulis Puisi
No
|
Aspek
|
Rentang Skor
|
Skor
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
1
|
Bunyi
|
||||||
2
|
Diksi
|
||||||
3
|
Imaji
|
||||||
4
|
Kata
konkret
|
||||||
5
|
Bahasa
figuratif
|
||||||
6
|
Versifikasi
|
||||||
7
|
Tipografi
|
||||||
8
|
Tema
|
||||||
Jumlah
|
4. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang responden ketahui (Arikunto, 2008:
128). Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang tanggapan peserta
didik terhadap pelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran menulis puisi.
Angket yang digunakan peneliti adalah angket tertutup, yakni jawabannya sudah
tersedia sehingga responden tinggal memilih.
Angket yang diberikan ada dua jenis.
Yang pertama untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik
tentang menulis puisi. Angket ini diberikan pada saat prasiklus. Angket
prasiklus ini berjumlah 10 butir, dan dilampirkan pada laporan penelitian ini.
Angket yang kedua berjumlah 10 butir, bertujuan untuk mengetahui tanggapan
peserta didik tentang kegiatan mengajar guru, tentang tanggapan peserta didik
terhadap terapan metode mind mapping dan mind mapping.
Teknik analisis angket yang digunakan
adalah teknik persentase. Peserta didik yang paling panyak memilih option
tersebut dijadikan pedoman menarik simpulan. Jika ada dua option yang dipilih
hampir sama, dua option tersebut dijadikan simpulan.
E. Validitas Data
Keabsahan atau validitas merupakan
derajad ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya
yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah
data yang tidak berbeda antardata yang dilaporkan oleh peneliti dengan data
yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian (Sugiyono, 2006:299).
Persoalan validitas dalam penelitian
tindakan kelas merupakan persoalan rumit. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Wiriaatmadja (2008:158) yang menyatakan berikut ini.
"Masalah penelitian peneliti naturalistik seperti
peneliti Penelitian Tindakan kelas merupakan problema besar karena fenomena
yang dihadapi unik, karena karakteristik data dan proses penelitiannya berbeda,
karena konvensi yang harus diperhatikan dalam menyajikan hasil-hasil
penelitian, dan karena aturan main dan etika yang harus dipegang oleh
penelitinya."
Namun demikian, validitas penelitian
perlu diperhatikan. Untuk memperoleh data yang valid tersebut, data perlu
diverifikasi. Verifikasi adalah sebuah proses yang berlangsung sepanjang
pengumpulan data dilakukan, dianalisis, dan laporan penelitian (Wiriaatmaja,
2008:159). Jenis verifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi. Triangulasi adalah pengujian kredibilitas sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono,
2006:306).
Jenis triangulasi yang digunakan
yakni triangulasi sumber. Artinya, menguji krebidilitas data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber. Adapun sumber data yang digunakan adalah
rekan sejawat (kolaboran), peserta didik, dan peserta didik lain. Untuk
memperjelas jenis triangulasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Rekan sejawat Peserta didik
Peserta
didik
Gambar 2 Triangulasi Sumber Data
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif. Data kuantitatif diubah ke dalam data
kualitatif berdasarkan persentase. Nilai seluruh peserta didik dijumlahkan
kemudian dibagi skor maksimum x 100%.
Untuk mengubah persentase menjadi sebutan kualitatif, digunakan tabel di bawah ini.
Tabel 4 Skala Ubah Nilai Kuantitatif
Menjadi Kualitatif
Nilai
|
Presentase Ktriteria
Peserta didik dapat menulis
|
Keterangan
|
5
|
82,6% - 100%
|
Amat Baik
|
4
|
76% - 82,5%
|
Baik
|
3
|
62,6% - 75%
|
Cukup baik
|
2
|
51% - 62,5%
|
Kurang baik
|
1
|
0% - 50%
|
Jelek
|
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan
kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau
keefektifan penelitian (Suwandi, 2007:36). Adapun indikator kinerja dalam
penelitian ini dirumuskan menjadi tiga macam.
1. Terjadi peningkatan aktivitas peserta didik
pada saat pembelajaran menulis puisi.
2. Terjadi peningkatan motivasi peserta didik
pada saat pembelajaran menulis puisi.
3. Lebih dari 80% peserta didik kelas VIII B SMP Negeri 1 Batangan Pati memperoleh
nilai sama dengan atau di atas KKM. Terjadi peningkatan aktivitas peserta didik
pada saat pembelajaran menulis puisi.
H. Prosedur Penelitian
Secara garis besar terdapat empat
tahapan yang lazim dilalui untuk melakuan penelitian tindakan kelas. Menurut
Aqib (2008) dan Wiriaatmadja (2008), keempat hal tersebut adalah: perencanaan (planning),
aksi/tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi atau (reflecting).
Model prosedur penelitian yang digunakan adalah model spiral Kemmis dan Taggart
yang telah dimodifikasi. Adapun model yang diambil ditampilkan pada gambar 5
berikut ini.
1. Prosedur Penelitian Siklus I
a. Perencanaan
Siklus I direncanakan selama 4 jam
pelajaran, sebanyak 2 kali pertemuan. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam
tahap ini adalah: (1) menentukan kompetensi dasar yaitu tentang menulis puisi
bebas dengan pilihan kata yang tepat, (2) merencanakan pembelajaran dengan
menggunakan metode mind mapping, (3) mengembangkan silabus, (4) mengembangkan
skenario pembelajaran dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (5)
Menyusun kriteria penilaian menulis puisi, (6) Menyiapkan peralatan yang
dibutuhkan dalam mengajar, yakni contoh puisi. (7) Menyiapkan kertas untuk
menulis puisi sebagai bentuk portofolio siklus I.
b. Tindakan (act)
Secara khusus pada tahapan ini,
peneliti melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
Langkah-langkah kegiatan awal
dalam pembelajaran menulis puisi bebas dengan terapan metode mind mapping dapat dideskripsikan
sebagai berikut.
1) Guru mengucapkan salam.
2)
Guru memimpin berdoa dan presensi.
3) Guru mengabsen peserta didik, dan jika ada
yang tidak masuk, ditanyakan sebab-sebabnya pada teman lain.
4)
Guru memeriksa kesiapan peserta didik
dalam belajar,
5)
Guru menyampaikan kompetensi dasar yakni menulis puisi bebas dengan pilihan
kata yang tepat.
5) Guru betanya jawab tentang pelabuhan ikan
yang ada di Desa Pecangaan, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati.
2)
Kegiatan Inti Pertemuan ke-1
Langkah-langkah kegiatan inti dalam
pembelajaran menulis puisi dengan pilihan kata yang sesuai dapat dideskripsikan
sebagai berikut.
1) Peserta didik memperhatikan penjelasan guru
tentang aspek-aspek penulisan puisi. Hal-hal yang dijelaskan ada delapan yakni
bunyi, diksi, imaji (citraan), kata konkret, bahasa figuratif (majas),
versifikasi, tipografi, dan tema. Aspek yang ditekankan adalah tipografi dan
diksi.
2) Guru memerintahkan untuk membayangkan pelabuhan
ikan di Pecangaan.
3) Peserta didik menuliskan kata-kata yang
berhubungan dengan pelabuhan secara individu.
4) Peserta didik berdiskusi tentang kata-kata
yang berhubungan dengan pelabuhan.
5) Peserta didik menuliskan kata-kata yang
berhubungan dengan pelabuhan tersebut dalam mind mapping.
6) Berdasarkan hasil tersebut, wakil dari
kelompok menuliskan kata-kata yang berhubungan dengan pelabuhan di papan tulis.
Kegiatan
Inti pertemuan ke-2
Kegiatan
inti yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Peserta didik memperhatikan penjelaskan guru
tentang mind mapping yang terkait dengan pelabuhan.
2) Peserta didik berkelompok terdiri atas 5
orang. Mereka menuliskan puisi berdasarkan kata-kata yang terdapat dalam daftar
kata tersebut dengan berdiskusi.
3) Peserta didik yang merasa kesulitan menulis
puisinya, dapat bertanya kepada ketua kelompoknya.
4) Setelah semua kelompok selesai menuliskan
puisinya, mereka diminta membacakan hasilnya di depan kelas.
5) Peserta didik mendengarkan pembacaan puisi
karya Chairil Anwar yang ditayangkan guru di bawah ini.
Senja
di Pelabuhan Kecil
Ini
kali / tidak ada yang mencari cinta/
di
antara gudang,/ rumah tua,/ pada cerita/
tiang /
serta temali,// kapal,/ perahu / tiada berlaut/
menghembus
diri dalam mempercaya mau berpaut//
Gerimis
mempercepat kelam.// Ada juga kelepak elang
meninggung
muram,/ desir hari / lari berenang/
menemu
bujuk / pangkal akanan. // Tidak bergerak/
dan
kini /tanah dan air / tidur / hilang ombak.//
Tiada
lagi, // aku sendiri. // Berjalan
menyisir
semenanjung,/ masih pengap harap/
sekali
tiba di ujung / dan sekalian selamat jalan/
dari
pantai keempat,/ sendu penghabisan bisa terdekap.//
(Chairil Anwar)
6) Guru mengomentari puisi Chairil Anwar.
3) Kegiatan Akhir
1) Guru menyimpulkan materi yang telah dibahas, dan
2) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
berpendapat atau mengajukan pertanyaan sekitar materi yang dibahas.
Karena penelitian tindakan kelas
bertujuan untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran, penelitian dilaksanakan
tidak hanya satu siklus. Dalam penelitian ini kegiatan tersebut berulang pada
siklus 2 dan 3, dengan catatan diadakan perbaikan pada langkah-langkah
pembelajaran jika pada siklus sebelumnya terjadi kekurangan. Perbaikan langkah
pembelajaran didiskusikan dengan mitra peneliti.
c. Observasi (observe)
Pada tahapan ini bersamaan dengan
dilaksanakannya tindakan, peneliti dan mitra peneliti yang bernama Ibu M. Dwi
Ismawati, S. Pd. mengamati proses tindakan itu sendiri sehingga ditemukannya
suatu hasil penelitian. Pada tahap observasi ini mitra peneliti mengamati dan
menuliskan proses pembelajaran yang berlangsung dengan terapan metode mind
mapping. Pada tahap observasi ini dikumpulkan sejumlah data atau informasi
berupa perubahan kinerja keaktifan belajar peserta didik. Data yang diperoleh
selanjutnya dianalisis dengan bentuk teknik presentase. Data yang diamati dan
dianalisis ada empat jenis, yakni:
a. Pengamatan terhadap kegiatan mengajar guru
dengan terapan metode mind mapping.
b. Pengamatan terhadap kegiatan belajar peserta
didik.
c. Pengamatan terhadap puisi yang dibuat oleh
peserta didik.
Dari hasil observasi tersebut, peneliti
dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari proses belajar mengajar yang telah
berlangsung, sehingga tercapai tujuan yang sesuai dengan perencanaan.
d. Reflektif
(reflect)
Langkah ini merupakan sarana untuk
melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek
penelitian, dan telah dicatat dalam observasi. Langkah reflektif ini berusaha
mencari alur pemikiran yang logis dalam kerangka kerja proses, problem, dan
hambatan yang muncul dalam proses pembelajaran menulis puisi. Hasil refleksi
digunakan untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus 1
untuk diterapkan pada siklus berikutnya.
2. Prosedur
Penelitian Siklus 2
a. Perbaikan Perencanaan (Revised Plan)
Siklus 2 direncanakan selama 4 jam
pelajaran dengan 2 kali pertemuan. Langkah-langkah yang ditempuh pada tahap ini
adalah: (1) menentukan kompetensi dasar, (2) merencanakan pembelajaran dengan
menggunakan metode mind mapping, (3) mengembangkan silabus, (4) mengembangkan
skenario pembelajaran dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
dengan menampilkan contoh puisi W.S. Rendra, (5) Menyusun kriteria penilaian
menulis puisi, (6) Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam mengajar, yakni
contoh puisi. (7) Menyiapkan kertas untuk menulis puisi sebagai bentuk portofolio
siklus 2.
b.
Tindakan (act)
Tindakan
dalam penelitian ini terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir.
1) Kegiatan Awal
Langkah-langkah pembelajaran yang
dilakukan adalah kegiatan (1) mengucapkan salam, (2) berdoa dan presensi, (3)
mengabsen peserta didik, (4) memeriksa kesiapan peserta didik dalam belajar,
(5) menyampaikan kompetensi dasar yakni menulis puisi bebas dengan pilihan kata
yang tepat. (5) Bertanya jawab tentang kegiatan seorang ibu di desa yang
ditinggal merantau anaknya.
2. Kegiatan Inti pertemuan ke-1
a) Peserta didik pemperhatikan penjelasan guru
tentang diksi, imaji, dan bahasa figuratif.
b) Peserta didik memperhatkan contoh puisi
dengan pilihan bunyi yang dibacakan adalah puisi karya W.S. Rendra sebagai
berikut.
dari
pusat kota yang
gila
disemat
di dada bunda
(BUNDA
LETIHKU TANDAS KE TULANG
ANAKDA
KEMBALI PULANG)
Kapuk
randu ! Kapuk randu !
Selembut
tudung cendawan
Kuncup-kuncup
di hatiku bermerkahan.
Dulu
ketika pamit mengembara
kuberi
ia kuda bapanya
berwarna
sawo muda
cepat
larinya
jauh
perginya.
Dulu masanya
rontok asam jawa
untuk
apa kurontokkan air mata?
cepat
larinya
jauh perginya.
Lelaki
yang kuat biarlah menuruti darahnya
menghujam
ke rimba dan pusat kota
Tinggal
bunda di rumah menepuki dada
melepas
hari tua, melepas doa-doa –
Cepat
larinya
Jauh
perginya.
….
W.S.
Rendra
c) Peserta didik memperhatikan keterangan guru
tentang bunyi efoni dan kokofoni.
d) Peserta didik memperhatikan penjelasan guru
tentang keadaan alam pedesaan.
e) Peserta didik berdiskusi tentang kata-kata
yang sesuai dengan alam pedesaan.
f) Wakil kelompok menuliskan kata-kata hasil
diskusi di papan tulis.
Langkah
pembelajaran pertemuan ke-2
a) Peserta didik di dalam dibagi menjadi
kelompok-kelompok dengan anggota 3 orang.
b) Setiap kelompok memilih tema yang disediakan
oleh guru.
c) Meskipun tema dalam satu kelompok sama,
setiap siswa harus menentukan subtema. Subtema akan digunakan sebagai judul
puisi.
d) Setelah menentukan judul, siswa menuliskan
baris pertama sebagai baris kunci dalam puisi.
f) Berdasarkan baris pertama tersebut setiap
anggota kelompok secara berantai melanjutkan dengan baris-baris berikutnya
menjadi baris-baris puisi hingga selesai.
g) Baris yang dituliskan secara berantai ini
tetap harus memperhatikan tema dan pola persajakan.
3) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir yang dilakukan guru
antara lain (1) guru bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan bahwa
menulis puisi harus memperhatikan bunyi, diksi, imaji (citraan), kata konkret,
bahasa figuratif (majas), versifikasi, tipografi, dan tema; (2) guru memberikan
tugas (2) guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil belajar menulis
puisi, khususnya yang mudah dianalisis tentang tipografinya; dan (4) guru
menyampaikan informasi bahwa pembelajaran yang akan datang tetap menulis puisi.
c. Observasi
Bersamaan dengan dilaksanakannya
tindakan, peneliti dan mitra peneliti mengamati proses tindakan itu sendiri
sehingga ditemukannya suatu hasil penelitian. Pada tahap observasi ini mitra
peneliti mengamati dan menuliskan proses pembelajaran yang berlangsung dengan
terapan metode mind mapping. Pada tahap observasi ini dikumpulkan sejumlah data
atau informasi berupa perubahan kinerja keaktifan belajar peserta didik. Data
yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan bentuk teknik presentase. Data
yang diamati dan dianalisis ada empat jenis, yakni:
a. Pengamatan terhadap kegiatan mengajar guru
dengan terapan metode mind mapping.
b. Pengamatan terhadap kegiatan belajar peserta
didik.
c. Pengamatan terhadap puisi yang dibuat oleh
peserta didik.
Dari hasil observasi tersebut, peneliti
dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari proses belajar mengajar yang telah
berlangsung, sehingga tercapai tujuan yang sesuai dengan perencanaan.
d. Reflektif
(reflect)
Langkah ini merupakan sarana untuk
melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek
penelitian, dan telah dicatat dalam observasi. Langkah reflektif ini berusaha
mencari alur pemikiran yang logis dalam kerangka kerja proses, problem, dan
hambatan yang muncul dalam proses pembelajaran menulis puisi. Hasil refleksi
digunakan untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus 1
untuk diterapkan pada siklus berikutnya.
3.
Prosedur Penelitian
Siklus 3
a. Perbaikan Perencaaan (Revised Plan)
Hal-hal dilakukan adalah (1)
menentukan kompetensi dasar, (2) merencanakan pembelajaran dengan menggunakan
metode teknik mind mapping, (3) mengembangkan silabus, (4) mengembangkan
skenario pembelajaran dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
dengan menitikberatkan penggunaan imaji dalam puisi, pemakaian kata konkret
yang dapat memperjelas daya bayang, pemakaian bahasa figuratif, dan
versifikasi.
b. Pelaksanaan (Act)
Pelaksanaan pembelajaran menulis
puisi siklus III dengan alokasi waktu 4 jam pelajaran selama 2 pertemuan. Uraian
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir disajikan di bawah ini.
a. Kegiatan Awal (10 menit)
Langkah-langkah pembelajaran yang
dilakukan adalah kegiatan (1) mengucapkan salam, (2) berdoa dan presensi, (3)
mengabsen peserta didik, (4) memeriksa kesiapan peserta didik dalam belajar,
(5) melakukan apersepsi dan motivasi, (6) menyampaikan kompetensi dasar yakni
menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan pertemuan pertama siklus
III adalah sebagai berikut.
1) Peserta didik
memperhatikan penjelasan guru tentang penggunaan imaji dalam puisi, pemakaian
kata konkret yang dapat memperjelas daya bayang, pemakaian bahasa figuratif,
dan versifikasi.
2) Peserta didik
memperhatikan tayangan gambar seorang penjual sepatu.
3) Peserta didik mediskusikan
kata-kata yang tepat untuk lelaki penjual alas kaki.
4) Hasil diskusi dituliskan
di papan tulis.
5) Peserta didik dari
kelompok lain menambahkan kata-kata di papan tulis.
6) Secara individu peserta
didik menulis puisi.
Kegiatan yang dilakukan pada
pertemuan kedua siklus III adalah sebagai berikut.
1) Peserta didik menayangkan
gambar lagi.
2) Kegiatan selanjutnya, peserta
didik menuliskan baris-baris puisi dengan teknik mind mapping.
3) Peserta didik di dalam dibagi menjadi kelompok-kelompok dengan
anggota 3 orang.
4) Setiap kelompok memilih
tema yang disediakan oleh guru.
5) Meskipun tema dalam satu
kelompok sama, setiap siswa harus menentukan subtema. Subtema akan digunakan
sebagai judul puisi.
6) Setelah menentukan judul,
siswa menuliskan baris pertama sebagai baris kunci dalam puisi.
7) Berdasarkan baris pertama
tersebut setiap anggota kelompok secara berantai melanjutkan dengan baris-baris
berikutnya menjadi baris-baris puisi hingga selesai.
8) Baris yang dituliskan
secara berantai ini tetap harus memperhatikan tema dan pola persajakan.
Setelah waktu dirasa cukup, hasil
dikumpulkan kepada guru. Selama proses pembelajaran, guru memantau jalannya
diskusi untuk meminimalkan pemborosan waktu.
c. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir yang dilakukan guru
antara lain (1) guru bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan
pembelajaran menulis puisi bahwa sedikit-dikitnya ada delapan hal perlu
diperhatikan, yakni: bunyi, diksi, imaji (citraan), kata konkret, bahasa
figuratif (majas), versifikasi, tipografi, dan tema; (2) guru memberikan tugas
(3) guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran menulis
puisi, khususnya yang mudah dianalisis tentang tipografinya; (4) guru
memberikan program pengayaan (5) guru menyampaikan informasi pembelajaran yang
akan datang.
c. Obseervasi
Bersamaan dengan dilaksanakannya
tindakan, peneliti dan mitra peneliti mengamati proses tindakan itu sendiri
sehingga ditemukannya suatu hasil penelitian. Pada tahap observasi ini mitra
peneliti mengamati dan menuliskan proses pembelajaran yang berlangsung dengan
terapan metode mind mapping. Pada tahap observasi ini dikumpulkan sejumlah data
atau informasi berupa perubahan kinerja keaktifan belajar peserta didik. Data
yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan bentuk teknik presentase. Data
yang diamati dan dianalisis ada empat jenis, yakni:
1) Pengamatan terhadap kegiatan mengajar guru
dengan terapan metode mind mapping.
2) Pengamatan terhadap kegiatan belajar peserta didik.
3) Pengamatan terhadap puisi yang dibuat oleh
peserta didik.
d. Reflektif (reflect)
Langkah ini merupakan sarana untuk
melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek
penelitian, dan telah dicatat dalam observasi. Langkah reflektif ini berusaha
mencari alur pemikiran yang logis dalam kerangka kerja proses, problem, dan
hambatan yang muncul dalam proses pembelajaran menulis puisi. Hasil refleksi
digunakan untuk mengambil putusan apakah penelitian dihentikan atau dilanjutkan.
BAB VPENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab
IV, diketahui bahwa proses pembelajaran yang dilakukan dengan mind mapping
berlangsung semakin baik ditinjau dari segi proses maupun hasil. Oleh karena
itu, penelitian tindakan kelas ini dapat diambil simpulan di bawah ini.
A. Simpulan
1. Terjadi peningkatan
aktivitas belajar menulis puisi pada peserta didik kelas VIII B SMP Negeri 1
Batangan tahun pelajaran 2011/2012 yang dilaksanakan dengan metode mind mapping, di mana peserta didik terlihat
semakin aktif pembelajaran maupun pada saat melaksanakan tugas.
2. Pelaksanaan pembelajaran
dengan metode mind mapping dapat meningkatkan motivasi belajar menulis puisi
pada peserta didik kelas VIII B SMP Negeri 1 Batangan tahun pelajaran 2011/2012
dengan indikator semakin tinggi frekuensi bertanya dan ketepatan mengumpulkan
tugas.
3. Terjadi peningkatan
rata-rata hasil belajar menulis puisi yang dilaksanakan dengan metode mind mapping pada peserta didik kelas
VIII B SMP Negeri 1 Batangan tahun pelajaran 2011/2012 dari kondisi awal sampai
dengan akhir siklus 3 yang secara berturut-turut adalah (69,50), (72,38),
(76,00), dan (78,00).
B. Implikasi
Implikasi dari
hasil penelitian tindakan kelas ini ada dua macam.
1. Bahwa penelitian tindakan
kelas dipandang penting untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan dapat
membantu memecahkan masalah yang dialami
peserta didik saat mempelajari kompetensi dasar tertentu. Dengan melakukan
penelitian tindakan kelas, diharapkan para guru dapat meningkatkan mutu
pembelajaran. Terkait dengan hal tersebut, diharapkan organisasi profesi dan
dinas terkait dapat memotivasi guru-guru untuk
melakukan penelitian serupa.
2. Diperlukan penelitian
lanjutan tentang pembelajaran dengan metode mind
mapping pada kompetensi dasar lain, pada subjek yang berbeda, dan oleh para
guru yang lain.
C. Saran
Guru lain yang akan melaksanakan metode beriur baris pada
pembelajaran menulis puisi dapat melakukan hal-hal sebagai berikut.
1.
Guru perlu merencanakan
pembelajaran dengan matang disertai dengan instrumen yang cukup untuk mengukur
hasil belajar menulis puisi. Instrumen tersebut antara lain: (1) kisi-kisi dan
soal yang digunakan untuk menilai puisi karya peserta didik, (2) lembar
observasi untuk mengamati aktivitas peserta didik dan aktivitas guru, dan (3)
guru daftar pertanyaan yang berguna untuk mengetahui kebermaknaan metode dalam
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Aqib,
Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi Guru.
Bandung: Yrama Widya.
Bahaudin,
Taufik. 1999. Brainware Management: Generasi Kelima Manajemen Manusia. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Buzan,
Tony. 2005. Mind Map untuk Mengingkatkan
Kreativitas. Diterjemahkan oleh Eric Suryaputra. Jakarta: Gramedia.
Depdiknas.
2007. Model Penilaian Kelas SMP/MTs. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan Nasional – Pusat Kurikulum.
DePorter,
Bobbi dan Mike Hernacki. 2003. Quantum
Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Edy,
Susanto. 2012. Manfaat Mind Mapping dalam Meningkatkan Belajar – Study Skill
& Sukses Kehidupan – Life Skill. Artikel dalam http://mindmapclubindonesia.blogspot.com/2012/02/manfaat-mind-mapping-dalam-peningkatan.html.
Diakses 3 Maret 2012.
Fitria,
Ed. 2012. Seri Pendalaman Materi Plus Sukses Menghadapi UN SMP/MTs 2012.
Jakarta; Erlangga.
Ismail,
Taufik. 2011. “Kualitas Sastra Tentukan Peradaban” makalah dalam Sasarehan
Kebudayaan oleh Komunitas Studi Budaya, UKMF Muslim Al-Huda dan Mahasiswa FBS
UNY. Kamis, 17 Oktober 2011. dalam www.rajaalihaji.com.
Diunduh, 3 April 2012.
Jabrohim.
2001. “Unsur-Unsur Pembentuk Puisi”, dalam Cara Menulis Kreatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kartono,
dkk. 2009. Pengembangan Materi Guru Sekolah Dasar. Surakarta: Mata Padi
Pressindo.
Muchlisoh,
dkk. 1999. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indnesia 3. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan
Tinggi.
Mujiyanto,
Yant, dkk. 1999. Puspa Ragam Bahasa Indonesia. Surakarta: FKIP UNS.
Nurgiyantoro,
Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
BPFE.
----------.
2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Pradopo,
Rachmat Djoko. 1995. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Rahmanto,
B. 2002. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sayuti,
Suminto A. 2002. Puisi dan Pengajarannya. Semarang: IKIP Semarang Press.
Silberman,
Melvin L. 2006. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:
Nusamedia.
Subana,
& Sunarti. 2000. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia.
Bandung: Pustaka Setia.
Sumiati
dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran.
Bandung: CV Wacana Prima.
Silberman,
Melvin L. 2006. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:
Nusamedia.
Slamet,
St. Y. 2008. Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta:
UNS Press.
Suwandi,
Sarwiji dan Madyo Ekosusilo. 2007. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi
Guru: Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta:
Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.
Tarigan,
Henry Guntur. 1986. Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa
Tim
Penyusun. 2005. Materi Terintegrasi: Pembinaan Keterampilan Menulis Sastra.
Jakarta: Depdikbud.
Wiriaatmadja,
Rochiati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia – PT Remaja Rosdakarya Karya.
Waluyo,
Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
http://en.wikipedia.org/wiki/Mind_map.
Diakses 2 Januari 2012
EmoticonEmoticon